Roesda Leikawa, si Pemadam Api Hoaks dari Maluku

Sebuah toko roti di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, disebut memiliki peternakan babi terbesar di SBB. Kebun seledri yang dipakai sebagai salah satu bahan pembuat roti terletak di sebelah peternakan babi tersebut.

Isu itu beredar di grup aplikasi pesan dan mulai merangkak ke media sosial. Roesda Leikawa yang saat itu bertanggung jawab sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Mafindo Maluku tak tinggal diam. Ia mengkoordinasi Asep Souisa, relawan Mafindo yang sedang bertugas di Pulau Seram, untuk mengecek langsung ke toko roti tersebut.

“Karena ini berkaitan dengan kata ‘babi’, saya khawatir isu itu akan menimbulkan gesekan dan ketersinggungan. Maka sebelum menyebar luas, saya langsung meminta relawan di Pulau Seram untuk mengecek langsung kepada pemilik dan membuat video klarifikasi,” ungkap Roesda.

Setelah dilakukan pengecekan fakta, isu itu terbukti tidak benar. Tak ada peternakan babi di dekat pabrik roti, bahkan tak ada roti yang mengandung seledri. Melalui video klarifikasi yang dibuat Asep, terlihat pula bahwa seluruh karyawan di pabrik roti mengenakan jilbab.

Dalam waktu satu hari sejak video klarifikasi ditayangkan, isu tersebut berhasil disanggah dan tak lagi menyebar. Bukan itu saja, masyarakat Maluku pun berterima kasih kepada Mafindo karena berhasil mencegah hoaks dan membuat masyarakat tenang.

Begitulah Roesda dan para relawan Mafindo di Maluku bekerja. Mereka tidak menunggu api hoaks menjalar dan berkobar, mereka bergerak cepat agar isu-isu padam.


Memperbaiki Nama Ambon di Mata Sejarah

Maluku terutama Ambon memang memiliki sejarah yang cukup kelam terkait isu SARA. Meski sudah lebih dari dua dekade berlalu, luka akibat konflik pada tahun 1999 masih membekas di benak masyarakat.

Namun, alih-alih diam dan menunggu masa lalu dihapus waktu, masyarakat Maluku memutuskan untuk bergerak memperbaiki nama Ambon di mata sejarah. Mereka juga berusaha mencegah isu-isu kebencian menjalar dan berakar.

Dengan motivasi itulah pada tahun 2015 anak-anak muda di Ambon membuat gerakan yaitu membuat sebanyak mungkin tulisan tentang Ambon agar setiap kali kata “Ambon” diketikkan di mesin pencari, hasil yang keluar adalah tulisan-tulisan positif. Mereka menulis tentang potensi pariwisata di Ambon dan Maluku, perdamaian, dan tulisan positif lainnya. Tak hanya di blog, mereka juga menulis di berbagai kanal media sosial.

Pada saat yang sama mulai terbentuk komunitas-komunitas anak muda yang sesuai passion masing-masing seperti komunitas fotografi, kepenulisan, dan sebagainya. Visi mereka tetap sama: menyebarkan hal positif tentang Ambon.

Roesda yang memiliki minat di bidang kepenulisan bergabung dengan komunitas bloger Kompasianer Amboina (KOMA). Seminggu sekali setiap bloger KOMA diminta mempublikasikan tulisan tentang Ambon entah itu tentang pariwisata, budaya, pendidikan, dan hal positif lainnya.

Berkat kerja sama dari berbagai pihak, langkah mereka menuai hasil signifikan. Berita-berita tentang konflik Ambon perlahan memudar, berganti dengan citra Ambon dan Maluku yang indah serta damai.

Kiprah Roesda di bidang kepenulisan membawanya bertemu dengan Niken Pupy Setyawati, Presidium Mafindo Bidang Kampanye dan Publikasi. Nikenlah yang kemudian memperkenalkan Roesda kepada Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Mafindo.

Karena visi dan misi yang sejalan, Roesda memutuskan untuk bergabung dengan Mafindo pada tahun 2017. Setahun kemudian ia didapuk menjadi Korwil Maluku, mengkoordinasi 50 orang relawan yang tersebar di Kepulauan Maluku.


Para Relawan yang Berdedikasi dan Masyarakat yang Teredukasi

Kondisi geografis Provinsi Maluku yang berpulau-pulau dan terhalang lautan tak menyurutkan langkah Roesda dan para relawan untuk mengecek kebenaran setiap berita palsu yang beredar.

“Karena Ambon ini kota kecil, sebagian masyarakatnya saling mengenal. Jadi kalau ada hoaks yang beredar tentang Ambon, ya kami langsung ngecek langsung kepada orang atau tempatnya. Bila ‘TKP’ ada di pulau lain, saya langsung menghubungi relawan terdekat,” jelas Roesda.

Tak hanya membeberkan fakta, para relawan Maluku juga melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi dan edukasi untuk meningkatkan kecerdasan literasi digital. Mereka melakukan edukasi kepada anak-anak usia SD-SMA dan kepada masyarakat umum.

Keberhasilan Mafindo dalam memberantas hoaks dan isu-isu kebencian di Maluku tentu tak lepas dari dedikasi para relawannya. Bila berita palsu beredar di lokasi yang sulit terjamah sinyal hingga klarifikasi tak bisa dikirimkan melalui pesan, mereka datang langsung ke lokasi.

“Contohnya sempat beredar isu tentang tsunami yang membuat masyarakat di pesisir pantai mengungsi ke pegunungan. Untuk meyakinkan masyarakat, sampai ada relawan yang betul-betul datang ke pantai dan mengecek langsung potensi tsunami lalu menyampaikan kepada masyarakat,” Roesda bercerita.

Masyarakat Maluku sendiri menjadi jauh lebih bijaksana saat menghadapi hoaks-hoaks lokal. Hoaks lokal yang beredar tidak berlangsung lama dan cepat reda. Selain kecerdasan literasi yang semakin meningkat, hal ini juga dipengaruhi budaya dan kondisi geografis.

Seperti disampaikan Roesda sebelumnya, itu karena masyarakat di Maluku kebanyakan saling mengenal sehingga bila ada kabar yang meragukan, bisa langsung dikonfirmasi ke sumbernya.


Hoaks Adalah Musuh Negara

Hoaks adalah musuh negara, kata Roesda. Jadi sebagai warga negara yang baik, Roesda mengajak masyarakat Indonesia untuk membantu pemerintah dan membantu diri kita sendiri dengan tidak begitu saja mempercayai informasi yang belum diketahui kebenarannya.

Roesda juga berharap agar kita sama-sama meningkatkan kapasitas dalam berliterasi digital. Karena kecerdasan literasi akan meminimalisasi hoaks dan ujaran-ujaran kebencian. Tetap jaga akal sehat dan etika saat menggunakan media sosial.


Ambon dan Kepulauan Maluku boleh jadi memiliki sejarah kelam. Pun sama seperti di daerah lain, isu-isu SARA dan ujaran kebencian bisa jadi terus ditiupkan. Meskipun begitu, Roesda dan para relawan Mafindo di Maluku tak akan pernah patah arang. Mereka akan terus bergerak agar api hoaks tak lagi membakar dan berkobar. Agar isu-isu kebencian lekas padam dan diredam. (eL)

Pengurus Mafindo, Roesda Leikawa

Kisah Lainnya

Menyulap Pembuat Berita Dusta Jadi Relawan Pejuang Fakta

Menyulap Pembuat Berita Dusta Jadi Relawan Pejuang Fakta

Abdul Hamid relawan Mafindo Bandung

Abdul Hamid: Posting yang Penting, Bukan yang Penting Posting

Dewi Sartika Sari

Dewi Sartika Sari, Teguh Memihak pada Kebenaran

Tinggalkan komentar