Seorang lansia di Bengkulu, sebut saja Bapak Rustam, ditelepon seseorang yang mengaku tengah menjual sepeda motor dengan harga diskon. Karena diiming-imingi harga murah, Bapak Rustam kemudian memutuskan untuk membeli motor tersebut dan berencana untuk menghadiahkan itu pada cucunya. Tanpa curiga sedikit pun, ia mentransfer uang sebesar 20 juta rupiah kepada si penelepon. Namun, meskipun uang sudah ditransfer, tetapi motor yang dijanjikan tak pernah datang, sampai sekarang.
Cerita ini didengar langsung oleh Iyud Dwi Mursito, jurnalis sekaligus relawan Mafindo Bengkulu, saat mengisi acara Akademi Digital Lansia yang dihelat oleh Mafindo Bengkulu. Didengarnya pula cerita-cerita serupa yang tak kalah mirisnya.
Bapak Rustam hanyalah satu dari sekian banyak lansia yang telah menjadi korban penipuan di dunia maya. Hal ini bukan hanya menjadi masalah di Bengkulu, melainkan juga di seluruh Indonesia.
Pertanyaan besarnya adalah, apa yang bisa kita lakukan? Apa yang kemudian Iyud dan para relawan Mafindo Bengkulu lakukan?
Menjadi Jurnalis dan Terbiasa Mengecek Fakta
Iyud, yang dalam kehidupan sehari-harinya menjalani profesi sebagai seorang jurnalis dan pemimpin redaksi di Iko Bengkulu, memulai perjalanannya dengan Mafindo pada tahun 2021 dan telah aktif dalam organisasi hingga saat ini.
“Ketika itu, saya diajak oleh Ibu Gusti untuk bergabung dengan Mafindo,” kata Iyud.
Iyud mengakui bahwa sebagai jurnalis, ia memegang teguh kode etik sehingga selalu melakukan pengecekan fakta terkait berita yang ditulisnya. Hal yang sama berlaku saat Mafindo melakukan fast-checking terkait berita hoaks. Keselarasan visi dan misi ini menjadi motivasi baginya untuk bergabung dengan Mafindo.
Bersama 11 relawan Mafindo Bengkulu lain, ia getol melaksanakan program-program literasi digital ke semua kalangan di Bengkulu. Tak hanya untuk masyarakat perkotaan, tetapi juga mulai menyasar masyarakat-masyarakat di pedalaman.
Keberhasilan pelaksanaan program-program juga didukung oleh posisinya sebagai seorang jurnalis yang memiliki banyak relasi di wilayah Bengkulu. Media-media lokal di Bengkulu memberikan dukungan positif yang luar biasa.
“Kini, saya lebih dikenal sebagai ‘Iyud Mafindo’ daripada sebagai jurnalis dari tempat saya bekerja,” selorohnya.
Kecakapan Digital untuk Lansia, Agar Tak Ada Lagi Lansia yang Menjadi Korban Penipuan
Lansia, dengan keterbatasan pengetahuan tentang teknologi modern, sering kali menjadi sasaran empuk bagi para penipu online yang tak kenal belas kasihan. Tak peduli tingkat pendidikannya, lansia juga menjadi kelompok yang rentan terkena hoaks.
Salah satu program unggulan Mafindo adalah Akademi Digital Lansia. Dalam program ini, Iyud dan para relawan Mafindo yang bertugas sebagai fasilitator memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para lansia tentang literasi digital. Mereka diajarkan cara mengenali berita palsu, mengenali ciri-ciri penipu, memeriksa kebenaran informasi, dan berbagai keterampilan digital penting lainnya. Melalui Akademi Digital Lansia, mereka tidak hanya diberi pengetahuan, tetapi juga rasa percaya diri untuk beraktivitas di dunia maya dengan lebih aman dan bijak.
Pelatihan literasi digital bagi para lansia yang diampu oleh Mafindo Bengkulu mendapatkan respons luar biasa positif dari para peserta. Mereka dengan antusias menyimak dan bertanya, juga antusias mencoba alat-alat pengecekan fakta seperti Kalimasada dan Hoax Buster Tools.
Berikan Pendidikan Politik bagi Para Pemilih Pemula
Menjelang Pemilu 2024, para pemilih pemula disinyalir akan menjadi kelompok yang cukup rentan terkena hoaks. Untuk menghadapi tantangan ini, Mafindo dan berbagai pihak telah memulai serangkaian upaya penguatan literasi digital, termasuk Mafindo Bengkulu.
“Kami berfokus pada pendidikan politik yang mencakup langkah-langkah praktis, seperti cara memeriksa nama di Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan memahami proses pemilihan umum,” ungkap Iyud.
Tak hanya itu, Iyud dan para relawan Bengkulu juga memberikan pembekalan khusus bagi para pemilih pemula dalam menghadapi kontestasi politik tahun 2024 nanti.
“Kami menjelaskan bagaimana mengenali berita-berita palsu yang tersebar di media sosial. Juga memberikan pemahaman bahwa berbeda pilihan politik adalah sesuatu yang biasa.”
Upaya ini merupakan langkah konkret dalam membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara cerdas dalam proses demokrasi. Hal ini juga menggarisbawahi komitmen Mafindo dan dan para relawan di seluruh Indonesia untuk melindungi masyarakat dari penyebaran hoaks dan disinformasi yang dapat merusak integritas pemilihan umum. Melalui edukasi dan pemahaman, diharapkan pemilih pemula akan lebih siap dan waspada dalam menghadapi arus informasi yang sering kali membingungkan di dunia digital saat ini.
Iyud memiliki harapan besar bahwa pelatihan-pelatihan literasi digital yang telah diselenggarakan oleh Mafindo Bengkulu akan menjadi bekal berharga yang bisa disebarkan oleh para alumnusnya kepada lingkungan sekitar. Dengan demikian, semakin banyak lansia dan generasi muda yang memiliki keterampilan digital yang kuat.
Ketika pengetahuan tentang cara memeriksa kebenaran informasi dan mengenali hoaks menjalar luas, masyarakat akan menjadi lebih kuat dalam menghadapi tantangan di era digital. Semua ini bukan hanya tentang melindungi diri dari penipuan online, tetapi juga tentang membangun budaya informasi yang sehat dan memastikan partisipasi yang cerdas dalam proses demokrasi. (eL)