Aribowo Sasmito, Memeriksa Fakta Tak Selalu Sederhana

Aribowo Sasmito

Hoaks yang beredar ada ribuan, sementara yang berhasil diklarifikasi hanya puluhan. Bersamaan dengan itu, korban terus berjatuhan. Pola penyebaran hoaks inilah yang sempat membuat Aribowo Sasmito, Co-Founder & Fact-Check Specialist Mafindo, merasa bahwa kerja-kerjanya dalam memberantas hoaks sia-sia.

Namun Ari, begitu ia kerap dipanggil, sadar bahwa meskipun jumlah orang yang tidak percaya hoaks masih sedikit, ia harus tetap melindungi orang-orang yang sedikit itu. Inilah yang kemudian menggerakkan Ari untuk terus berkiprah di Mafindo hingga sekarang.

“Tapi setelah dipikir-pikir, meski jumlah orang yang tidak mudah percaya hoaks sedikit, kita harus tetap menjaga mereka. Jangan sampai hoaks terus menyebar tanpa diklarifikasi karena walau bagaimanapun, ada saja yang membutuhkan,” ungkap Ari.


Ikut Membidani Kelahiran Mafindo

Tahun 2015, jauh sebelum Mafindo terbentuk, Ari sudah aktif berkontribusi di Forum Facebook FAFHH (Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax).

“Saya melihat hoaks-hoaks berseliweran di lini masa dan berpikir apa yang bisa saya lakukan? Setelah dicoba, ternyata bisa,” jelas Ari ketika ditanya tentang motivasinya bergabung dengan Mafindo.

Maka saat Harry Sufehmi menginisiasi pembentukan Mafindo pada tahun 2016, Ari tak pikir panjang. Ia dan beberapa orang lainnya ikut membidani pembentukan organisasi ini.

Aribowo Sasmito
Aribowo Sasmito menjadi salah satu pembicara di acara Literasi Media “Lawan Hoax Demi Indonesia Maju”
(Foto: Mafindo)

Membeberkan Fakta Tidaklah Sederhana

Sebagai Ketua Komite Pemeriksa Fakta (fast-checker) di Mafindo, salah satu tanggung jawab Ari adalah memeriksa kebenaran isu-isu yang beredar lalu membuat klarifikasi atau membeberkan fakta. Namun harus Ari akui, proses fast-checking tak selalu mudah.

Salah satu tantangan yang dihadapi Ari dan Mafindo adalah media penyebaran hoaks. Jika di lini masa atau media sosial yang terbuka, cukup mudah mendeteksi hoaks-hoaks yang beredar. Sayangnya itu tidak berlaku untuk hoaks-hoaks yang beredar di aplikasi pesan karena setiap platform menggunakan end to-end encryption.

“Jika ada hoaks yang viral di media sosial, bisa jadi jauh lebih viral di aplikasi pesan dan itu cukup menyulitkan untuk dilacak,” jelas Ari.

Tantangan lainnya datang dari masyarakat sendiri. Ada beberapa orang yang ketika dikoreksi malah merasa diserang padahal Mafindo tidak berusaha mengusik nilai-nilai yang dipercayai seseorang. Mereka hanya membeberkan fakta dan data.

Pada dasarnya orang tidak suka dikoreksi dan itu manusiawi.

Dalam hal menemukan hoaks, Ari dan Mafindo biasa mengandalkan isu-isu yang beredar di media sosial atau berdasarkan pengaduan dari masyarakat. Setelah menerima pengaduan, tim Mafindo menyalin narasi hoaks tersebut ke channel Slack mereka dan mencari narasi yang sejenis. Ini untuk mengecek apakah hoaks yang sama sudah pernah beredar dan sudah dibuat klarifikasinya atau belum.

7 Tipe Mis dan Disinformasi
7 Tipe Mis dan Disinformasi (Sumber: Information Futures Lab)

Bila hoaks yang diadukan belum pernah diklarifikasi, maka Ari mulai mencari berbagai referensi untuk mengecek kebenaran dan mencari fakta serta data pendukung. Setiap berita yang disinyalir hoaks diklasifikasikan ke dalam 7 kategori berdasarkan standar mis dan disinformasi yang dibuat oleh Information Futures Lab. Setelah selesai, Ari membuat artikel klarifikasi.

Waktu yang diperlukan bervariasi. Ari sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam untuk memeriksa fakta dan 1-5 jam untuk membuat konten klarifikasi.


Seribu Satu Jalan untuk Memberantas Hoaks

Bahkan setelah klarifikasi dibuat dan kebenaran diungkap, menyebarkannya kepada masyarakat juga tak selalu mudah. Menurut Ari, ini karena masyarakat cenderung lebih menyukai dan percaya terhadap berita-berita yang mereka yakini. Tetapi ketika berita tersebut terbukti salah, mereka diam.

“Tak jarang, orang yang tadinya heboh saat menyebarkan berita malah diam saat berita itu terbukti hoaks atau palsu,” tukas Ari.

Oleh karena itu, Ari dan Mafindo melakukan berbagai macam cara dan media dalam menyebarkan berita klarifikasi. Pertama, membuat judul yang jelas. Kedua, membuat gambar yang membandingkan antara berita yang benar dan salah. Ketiga, membuat kesimpulan dalam kalimat-kalimat pendek di bagian atas artikel sehingga pembaca dapat langsung menemukan fakta. Keempat, membuat konten klarifikasi dalam bentuk video. Kelima, membuat dan menyebarkan konten klarifikasi di berbagai kanal media sosial dalam berbagai format.

Contoh konten klarifikasi yang dibuat Ari

“Jika semua itu tidak berhasil, nanti saya pikirkan cara lain. Apakah saya perlu membuat video sambil joget-joget? Nanti saya pikirkan, ” seloroh Ari.


Ari berharap bahwa apa yang ia dan Mafindo lakukan bermanfaat dan masalah klasik yang menyatakan bahwa klarifikasi jauh lebih lambat menyebar daripada hoaksnya bisa berkurang. Ari juga berharap dan meminta seluruh masyarakat Indonesia untuk sama-sama ikut berkontribusi, jangan sampai hanya ramai ketika menyebarkan hoaks, tetapi hanya diam saat fakta dibeberkan.

Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, Ari mengaku gembira karena Mafindo sudah menjadi organisasi yang cukup dikenal secara regional, nasional, dan internasional. Ari juga semakin percaya bahwa apa yang ia dan Mafindo lakukan tidaklah percuma, tak pernah sia-sia. (eL)

Aribowo Sasmito, Pengurus Mafindo

Kisah Lainnya

Adven Sarbani, Korwil Wilayah Mafindo Surabaya

Adven Sarbani: Sampaikan Hal Baik dengan Cara yang Baik

Abdul Hamid relawan Mafindo Bandung

Abdul Hamid: Posting yang Penting, Bukan yang Penting Posting

Iyud Dwi Mursito, relawan Mafindo Bengkulu

Iyud Dwi Mursito: Bergerak untuk Kecakapan Digital Para Lansia dan Pemilih Pemula

Tinggalkan komentar